Ada
saatnya dalam hidupmu engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan
seluruh rahasia lalu meneteskan air mata. Semuanya telah di tetapkan sekalipun
kamu hanya angin malam. Terkadang ingin menyerah tapi menyerah sekarang hanya
akan membuatmu menyerah di lain-lain kesempatan. Karena dalam hidup jangan
pernah mati semangat karena dalam mati tidak akan bisa menghidupkan semangat.
Tak mudah memang untuk merelakan tapi perlahan, kamu akan bisa mengikhlaskan. Manusia,
punya batas kemampuan untuk menanggung segala hal, punya hak untuk lelah dan
berhenti sejenak. Terimakasih atas segalanya, siklusnya masih sama. Menerkam
jarak, menghadirkan bayang, menghabiskan gelap, memberikan cahaya dan
meninggalkan luka. Second Choice,
hah? Sejatinya wanita memang selalu dipilih dan menjadi pilihan.
Dalam
sistem nilai, kejujuran adalah pembenaran sejati, walaupun terkadang
menyakitkan. Tapi manusia sejatinya lebih suka membohongi diri sendiri lalu
orang lain sedikit demi sedikit percaya. Entah untuk bermaksud baik, atau
memang itu menjadi kebiasaan. Why?
Pandangan kita hanya tertuju apa prasangka orang lain bukan bagaimana ini terus
terjadi? Salah kaprah? Sure.Terkadang
merasa begitu menjijikan, jika melihat masa lalu yang begitu banyak dosa,
terkadang bukan ingin menjadi manusia sok suci tapi naluri selalu bertolak
belakang, terkadangtersadar bahwa kemunafikan itu begitu dekat dengan prinsip
dan aturan. Who am I?
Permintaann
gue hanya satu, biarkan gue pergi mengevaluasi diri. Kau mungkin tak akan mau
disalahkan. Biarlah ini menjadi bahan kehidupan selanjutnya bagi gue. Teruskan
permainan mu, seberapa kuat kau bermain, itulah kesenanganmu. Seketika teringat
sebuah buku yang pernah dibaca, tidak ada karma tapi “Hutang”. Entahlah ini siklus atau memang sudah begitu jalannya.
Semua pasti terbayar dan kita tak pernah menyangka. Karena keterbatasan kita
untuk menilai sejauh mana benar dan salah di tetapkan.
Rasanya
seperti gulali, manis sekali. Jangan pernah katakan pahit. Karena kehidupan ini
hanya pada sisi bagaimana kita bisa mengelola akal, hati, dan nurani. Sisi
terendah yang bisa saja membuat kita tak pernah berpikir jernih di setiap
langkahnya tapi kita dituntut dewasa, jika B ya B, dan jika C ya C. Tidak
mungkin anak kecil yang sudah bisa menghapal abjad berkata bahwa B itu C. dia
akan berkata kepada gurunya There is a
Book not Car.
Accept ? hanya kita tau yang bisa menerima apa adanya. Kita yang menentukan kesetiaan, kita lah yang bisa membuat seimbang walaupun banyak faktor internal maupun eksternal. Menjadi manusia memang tidak akan pernah gampang karena kita harus bisa menerima ia berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan waktu ini sajah sudah tidak bisa, bagaimana berpuluh-puluh tahun lamanya. Biarlah Senja yang melenyapkan semuanya. Karena pagi selalu menanti.
Please, dont destroy me again because iam not your priority.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar