Minggu, 08 Januari 2017

Senyum Simpul

Hari ke delapan bulan ke satu di tahun 2017
Memasuki awal tahun sudah apa saja yang gua lakukan di tahun 2016, apakah sudah lebih baik dari tahun 2015. Sepanjang kita bisa menilai diri kita sendiri, ternyata belum ada resolusi yang menakjubkan, flat atau sama saja. Apakah lebih buruk? bagaimana gua bisa menilainya? 20% perubahan 80% sama saja. Hmmmmmmm
Sebenarnya bukan ini si masalah yang pengen dikeluarkan, di jabarkan, dan diuraikan. Jahhhh udah kaya ujian yang berbentuk esai ajah atau perlu kita tambahkan opini dan bukti. Yaaah mulai ngelantur kan, maklumin ajah ya namanya juga menulis eh ngetik deh sambil mewek, emosi, dll. Haahaa masa?ga deng booong, dalam hati amat sangat bahagia? bener dong karena bahagia itu kita dapatkan dengan cara bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikanNYA, yah mulai ceramah deh. 
Terkadang kalau udah ngetik itu berjalan ajah kaya sungai mengalir dari hulu ke hilir, ga mau berhenti dan tangan hanya mengikuti apa yang ada di alam pikiran. Dalam kurun waktu empat bulan ini hidup gua warna-warni banget, maksiat ada, kebaikan ada, kejahatan ada, bahkan sok alim pun ada. Hahahhaha anjaaaay kata-katanya kasar banget ya. Ya begitulah kurang lebihnya ada sisi positif dan negatifnya yang bikin gua meneteskan air mata melulu deh kayanya. Terkadang manusia hanya ingin dimengerti pemikirannya, posisinya, situasinya, akan tetapi terkadang manusia tidak bisa memberikan timbal baliknya. Why? Sebegitu egoisnya kah manusia? tapi mereka tidak pernah secara murni mengatakan "ya gua egois". Selanjutnya situasi dan sekitarlah yang disalahkan. 
Sewaktu ketika manusia hanya bisa mengakui keberadaannya bukan keberadaan orang lain. Bagaimana orang sekitar menggapnya, sebagai apa dan bagaimana? Bagaimanapun caranya dia hanya terlihat bahwa hanya keberadaannya saja. Apa iya begini kehidupan sesungguhnya? sungguh mengerikan ya!


Jadi tersenyumlah yang lebar ya walaupun mereka tidak menganggap keberadaan kita. Biarlah mereka tersadar bahwa kita memang ada. Biasanya mereka akan menyesal ketika mereka sudah kehilangan, haruskah kita menghilang. Aduh jangan nanti kalian tertelan bumi ehhhh. 
Seperti halnya hubungan jikalau kalian mempunyai pasangan tapi mereka tidak pernah mengakuinya apa itu sebuah pasangan, sepatu ajah mereka harus dipakai secara bersama karena jika tidak itu tidak akan selaras bahkan orang yang memakainya akan di tertawakan jika mereka memakai sepatu tidak sesuai pasangannya. Peribahasanya begitulah seorang manusia tidak bisa hidup sendiri, ia membutuhkan orang lain untuk menyelaraskan kehidupannya, karena sebab itulah manusia dikatakan makhluk sosial bukan individualis. 
Bukankah kebenaran logis jika kita tidak mengganggap orang lain dalam hidup kita berarti kita belum bisa menerima keadaanya secara tulus. Kita hanya memainkan peranan untuk kebutuhan tapi bukan kita yang membutuhkan. Semoga kalian semua manusia yang bertanggung jawab atas semua pilihan, bukan menyerah dengan keadaan. 
Takdir memang sudah ditentukan tapi terjadinya takdir kita juga ambil bagian dalam pembentukan takdir. Intinya apa si dalam tulisan ini hahahhaa. Tidak ada unsur mengikat hanya mengulas kehidupan mana yang kita akan pilih, kita yang menjadi subjek atau objek. 

duhduhduh semua tergantung orangnya, terimakasih atas hari-harinya, luka dan bahagia. Terimakasih segalanya, Allah mempersiapkan kita menjadi kuat bukan cengeng kan.
Tidak lain bersabarlah dan tunggu aksi selanjutnya ehh

Siang hari 12.37 WIB
Depok Kampoeng tercinta