Selasa, 05 Juli 2016

Konsistensi Kata

Hallo gais, udah lama ya ga melipir ke tempat curhat berjalan alias kamu my blog, hmmmmm. My sweetheart hmmmm. 
Banyak rasa sakit, senang, takut, degdegan selama 2 bulan ini gais. Ga nyangka, keasikan, lupa semua, ga guna, ga ngerti, bingung dan entahlah, atau terjerumus. Hmmmmm susah deh apa bahasanya kalau dikiaskan.
Terkadang gua mengerti, terkadang gua ga paham, kadang ga masuk akal, kadang diterima logika dengan pasrah. Whaaaaay? No reason. Kelar dooong klw gitu? Entaaaaaaah.
Yakin ga si? Ragumu membuat tambah ragu, ga percaya ga yakin. Jujur? Susaaah
Menekan? Iya tahan apa yang di ingin, lihat sekitar, butuh apa?

Sebenarnya apa kata Tere Liye benar kitalah yang menetukan sakit hati. Kita lah yang berhak memulainya apakah kita sakit atau tidak.
Sebuat komitmen dibangun dari dua kepercayaan, awalnya menjaga hati lalu tanpa sadar merusak hati. Kadang kecewa, kadang mau pergi, kadang mau diam saja. Tapi semuanya sia sia kalau mau pergi selalu dibilang ga dewasa, terlalu memaksakan, ga bersyukur. 3 kiasan atau sifat dalam makna itu membuat hati gua sakit, nyelekit, menusuk kedalam dan lebih parahnya gua cuma diam, menelan makna yang menggores logika pergi ke rasa.

Menangis? Rasanya udah kenyang. Kenapa tuhan mempertemukan lagi pada kesalahan harapan? Semua selalu ada hikmahnya tapi gua ga pernah menyalahkan cinta. Bukannya kalau cinta kita harus berani melepaskan, membiarkan mereka bahagia bersama yg lain. Bisa qo? Belajar dari masa lalu. Mereka bahagia dengan cinta sesudahnya.
Akhir dari semua, ini ada perjalanan. Ku tunggu wahai jodohku yang masih tak terlihat, atau gua yg belum sadar, atau masih tertutup dengan keburukan saya. Let go memperbaiki diri, dekatkan diri kepada tuhan. Lagi lagi harus percaya takdir bahwa apa yg kita tidak sukai mungkin Allah menyukainya, dan apa yg kita sukai bukan kesukaanNya.